Metabolisme Lipid pada Ruminansia dan Non Ruminansia
Metabolisme
Lipid pada Non Ruminansia
Metabolisme lemak pada
ternak non nonruminansia dimulai dengan proses hidrolisis lemak
(trigliserida) dari makanan yang
dikonsumsi oleh enzim lipase (dari pankreas) yang menghasilkan asam lemak bebas
dan gliserol. Gliserol diserap usus dan ditransportasikan melalui saluran darah
ke hati. Selanjutnya gliserol tersebut dimetabolisasi membentuk asam piruvat
kemudian dioksidasi mengasilkan energi atau disintesis menjadi glukosa (Cown,
1983). Micelle merupakan bentuk emulsi dari hasil digesti lemak pada lumen usus
nonruminansia. Glycerol dan asam lemak rantai pendek dapat diserap langsung
yang selanjutnya tersalur lewat darah portal. Micelle yang diserap selanjutnya
mengalami pemecahan lagi yaitu asam lemak yang rantainya lebih dari 10 dan
2-monoglycerida. Melalui jalur monoglycerida α-glycerophosphate, zat-zat ini
diresynthesis menjadi triglecerida lagi dalam epithel usus halus. Jalur lewat
monoglycerida pada non ruminansia lebih menonjol daripada jalur satunya.
Sebelum melalui membrane basal untuk diteruskan ke sistem lymphaticus, dibentuk
chylomicron yang merupakan gabungan dari triglycerida (86%), protein,
cholesterol, phospholipid dan vitamin larut lemak. Bentuk ini disebut pula Low
density lipoprotein yang merupakan bentuk transportasi lemak dalam tubuh.
Gambar
1. Jalur Utama Metabolisme Lemak pada Non Ruminansia (Djojosoebagyo,1990).
|
Metabolisme
Lemak pada Ruminansia
Lemak (trigliserida,
glikolipida, fosfolipida) yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia, ketika masuk
ke dalam rumen, akan terjadi dua proses besar yaitu proses hidrolisis ikatan
ester dalam lemak yang berasal dari pakan dan proses biohidrogenasi asam lemak
yang tidak jenuh yang terjadi setelah lemak dihidrolisis menjadi asam lemak
bebas (Bauman dan Lock 2006).
Gambar 2. Metabolisme lemak di dalam rumen
(Davis, 1990).
Gambar diatas memperlihatkan
proses metabolisme lemak pada ternak ruminansia di dalam rumen dan pasca rumen.
Lemak yang masuk ke dalam rumen akan mengalami proses hidrolisis oleh bakteri
rumen seperti Anaerovibrio lipolytica dan
Butyrivibrio fibrisolvens yang akan
mengeluarkan enzim lipase, galactosidase dan phospholipase. Lock et al. (2006) menyatakan bahwa bakteri memegang
peranan penting dalam proses hidrolisis lemak walaupun protozoa juga mampu
menghidrolisis lemak. Tingkat hidrolisis lemak di dalam rumen sangat tinggi
yaitu lebih dari 85% lemak terhidrolisis menjadi asam lemak bebas, gula, fosfat
dan gliserol. Gliserol dan gula akan mengalami proses perubahan menjadi asam
lemak terbang (volatile fatty acid:
VFA) dan kemudian VFA digunakan untuk membentuk sel mikroba rumen. Asam lemak
bebas di dalam rumen kemudian akan mengalami beberapa proses yaitu proses
isomerisasi dari posisi “cis” menjadi “trans” dan proses biohidrogenasi
sehingga asam lemak yang tidak jenuh akan menjadi asam lemak jenuh serta proses
konjugasi pada asam lemak tidak jenuh (lebih dari 2 ikatan rangkap) sehingga
terbentuk asam lemak konjugasi (contohnya: conjugated
linoleic acid: CLA) (Bauman dan Lock 2006). Proses biohidrogenasi terjadi
tidak secepat proses lipolisis tetapi proses biohidrogenasi akan mengurangi
pengaruh negatif dari asam lemak tidak jenuh terhadap bakteri rumen. Selain
itu, proses biohidrogenasi merupakan proses untuk menghilangkan kelebihan
hidrogen yang terbentuk selama proses fermentasi rumen. Proses biohidrogenasi
asam lemak tidak jenuh juga berguna karena mengurangi pengaruh asam lemak tidak
jenuh yang menekan pertumbuhan bakteri-bakteri rumen. Proses biohidrogenasi
melibatkan dua grup bakteri rumen (grup A dan B) (Lock et al. 2006). Grup A
terdiri dari bakteri-bakteri yang menghidrogenasi asam lemak tidak jenuh
menjadi asam lemak trans 18:1. Dalam proses biohidrogenasi di dalam rumen
terbentuk senyawa antara (intermediate) yang sangat spesifik yaitu “cis” 9,
“trans” 11 asam linoleat konjugasi (CLA) dan senyawa ini mempunyai pengaruh
yang menguntungkan manusia karena bersifat anti kanker dan anti atherogenic. Bakteri
grup B hanya terdiri dari beberapa spesies bakteri rumen yang berfungsi dalam
proses akhir hidrogenasi asam lemak trans 18:1 menjadi asam stearat (Bauman dan
Lock 2006). Tingkat hidrogenasi dari asam lemak tidak jenuh bervariasi dari
70-100% menjadi asam lemak jenuh yaitu asam stearat, yang merupakan asam lemak
yang paling banyak lewat dari rumen dan masuk ke duodenum.
Gambar 3. Metabolisme lemak di dalam pasca
rumen
Asam lemak yang keluar dari
rumen dan masuk ke duodenum biasanya menempel pada partikel pakan atau bakteri.
Asam lemak akan terlarut oleh garam empedu. Lesitin yang merupakan fosfolipida
mikroba akan dihidrolisis oleh enzim fosfolipase membentuk lysolesitin. Asam
lemak, garam empedu dan lysolesitin akan membentuk misel (bulatan-bulatan
kecil). Misel inilah yang memungkinkan asam lemak diserap di dalam usus
(jejunum). Pada sel epitel di usus kecil, asam lemak mengalami proses esterifikasi
dan triacylgliserol dan phospholipid akan diikat ke dalam chyclomicron dan very low density lipoprotein (VLDL) dan
dibawa ke kelenjar limpa (Doreau dan Chilliard 1997).
Prinsip perbedaan metabolisme lemak dalam tubuh ternak ruminansia dan non ruminansia
Prinsip perbedaan metabolisme lemak dalam tubuh ternak ruminansia dan non ruminansia yaitu pada ternak ruminansia Lemak yang masuk ke dalam rumen akan mengalami proses hidrolisis oleh bakteri rumen dan mengalami beberapa proses yaitu proses isomerisasi dari posisi “cis” menjadi “trans” dan proses biohidrogenasi sehingga asam lemak yang tidak jenuh akan menjadi asam lemak jenuh serta proses konjugasi pada asam lemak tidak jenuh (lebih dari 2 ikatan rangkap) sehingga terbentuk asam lemak konjugasi. Sedangkan pada ternak non ruminansia metabolisme lemak terjadi pada lambung melalui proses hidrolisis lemak (trigliserida) dari pakan yang dikonsumsi oleh enzim lipase (dari pankreas) yang menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol.
Sumber
Bauman, D.E., J. W. Perfield II, M.J. de Veth and A. L. Lock. 2003. New perspectives on lipid digestion and metabolism in ruminants. Proc. Cornell Nutr. Conf. pp 175-189.
Cown, T. 1983. Carbohydrats and Lipid. W.H Freeman, San Francisco.
Davis, C.L. 1990. Fats in animal feeds. Sycamore (IL):Barnaby Inc.
Djojosoebagio, S. 1990. Fisiologi Kelenjar Endokrin. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Doreau, M. and Y. Chilliard. 1997.
Digestion and metabolism of dietary fat in farm animals. Br. J. Nutr. 78 (1): S15 - S35.
Lock, A.L.,
Harvatine, K.J., Drackley, J.K. and Bauman, D.E. 2006. Concepts in fat and
fatty acid digestion in ruminants. In: Proceedings Intermountain Nutrition
Conference. Cornell University, New York (USA). p. 85-100.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar