Senin, 04 Januari 2016

Perkembangan saluran pencernaan ruminansia



 Perkembangan saluran pencernaan ruminansia

Lambung ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perut jala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati) (Gambar 1).
Omasum disebut sebagai perut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak sekitar 100 lembar. Fungsi omasum belum terungkap dengan jelas, tetapi pada organ tersebut terjadi penyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan elektrolit.

Gambar 1. Lambung ruminansia terdiri atas empat ruangan yaitu rumen, retikulum, omasum   dan abomasum

Pada anak yang masih menyusu dua ruangan pertama yaitu rumen dan retikulum, relatif masih belum berkembang. Oleh karena itu, susu ketika mencapai lambung disalurkan melalui suatu lipatan yang mirip tabung, yang dikenal dengan nama esofageal atau reticular groove, langsung ke ruangan ke tiga atau ke empat yaitu omasum dan abomasum. Setelah anak sapi atau domba mulai memakan makanan padat dua ruangan pertama yaitu retikulum dan rumen (reticulorumen) menjadi membesar, sampai pada hewan dewasa meliputi 85% kapasitas total lambung. Pada hewan dewasa, esofageal tidak berfungsi pada keadaan pemberian makan normal. Oleh karena itu, baik air atau makanan akan lewat masuk ke retikulo-rumen. Akan tetapi, refleks penutupan tabung tersebut untuk membentuk saluran dapat dirangsang bahkan pada hewan dewasa, khususnya jika hewan tersebut diberikan minum lewat kran. Makanan akan diencerkan oleh sejumlah saliva encer, pertama-tama selama makan dan sekali lagi selama pemamahan (ruminasi). Jumlah saliva yang dihasilkan per hari adalah 150 liter pada sapi dan 10 liter pada domba. Isi rumen rata-rata mengandung 850-930 g air/kg, akan tetapi sering kali berada dalam dua fase yaitu fase cair di bagian bawah, dimana partikel makanan yang lebih halus akan tersuspensi, dan lapisan lebih atas yang lebih kering terdiri atas bahan padatan yang lebih kasar. Perombakan makanan sebagian dicapai melalui cara fisik dan sebagian dengan cara kimia. Abomasum dan usus halus tempat makanan akan dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh hewan inang, dan hasil pencernaan akan diserap  (Tilman, et al. 1982).
Fungsi anatomik sistem cerna menurut posisinya terhadap diafragma dapat dikelompokkan menjadi saluran cerna pradiafragma dan pascadiafragma (Constantinescu dan Constantinescu 2010). Sistem cerna pradiafragma mencakup mulut, bibir, lidah, gigi, palatum dan kelenjar ludah. Sistem cerna pascadiafragma mencakup oesophagus, reticulum, rumen, omasum, abomasum, usus halus dan usus besar. Mastikasi (mengunyah) merupakan awal proses pencernaan pakan secara mekanis yang dilakukan dengan melemahkan struktur dan integritas sel bahan pakan. Mastikasi melibatkan sistem gigi, terutama molar. Aktivitas ini disertai dengan proses hidrasi terhadap materi pakan dengan insalivasi. Insalivasi yang terjadi di dalam rongga mulut terjadi melalui sekresi saliva dari kelenjar parotid, kelenjar mandibular dan kelenjar sublingual. Saliva pada ruminansia mengandung elektrolit, terutama ion bikarbonat (HCO3 -), fosfat (HPO4 2-), K+ dan Na+ serta mukus, dan bersifat basa dengan pH sekitar 8,2. Saliva pada ruminansia tidak mengandung enzim, namun fungsi hidratif terhadap bahan pakan oleh saliva sangat penting dalam proses pencernaan.


Gambar 2. Skematis hubungan fungsional organ cerna pada kambing (Aliran pakan ditunjukkan oleh tanda panah di dalam kompartemen)

Proses mastikasi dan insalivasi sangat berperan antara lain dalam: (i) Lubrikasi dan maserasi bahan pakan untuk memudahkan proses menelan dan meningkatkan konsumsi; (ii) Meningkatkan areal permukaan partikel pakan untuk mempercepat proses kolonisasi mikroba rumen; (iii) Persiapan untuk hidrasi lanjutan oleh cairan dan enzim perncernaan; dan (iv) Melepaskan sebagian komponen pakan yang mudah larut dari komponen pakan lain yang lebih sulit larut.  Organ pradiafragma lain yaitu pharynx dan oesophagus berperan dalam proses deglutinasi yang merupakan refleks fisiologis yang terjadi setelah terbentuknya bolus. Deglutinasi bertujuan untuk mempersiapkan bolus sebelum ditelan. Proses ini diawali dengan menekankan lidah ke bagian pharynx (hard palate) di dalam rongga mulut. Oesphagus pada kambing berfungsi dalam memobilisasi pakan baik ke arah cranial maupun caudal, berperan dalam mengeluarkan gas (eruktasi) dan regurgitasi untuk proses ruminasi. Proses ruminasi diawali dengan kontraksi gerakan antiperistaltik otot oesophagus yang mendorong pakan di dalam reticulum kembali ke dalam rongga mulut (Lu et al. 2005).
Organ cerna pascadiafragma terdiri dari lambung dengan beberapa segmen (rumen, reticulum, omasum dan abomasum) dan usus (usus kecil dan usus besar) (Kawas et al. 2012).
Rumen dipisahkan dari reticulum yang berkapasitas 1-2 liter oleh esophageal groove. Kedua organ cerna ini (reticulo-rumen) merupakan organ utama tempat terjadinya pencernaan fermentatif anaerobik yang dilakukan oleh populasi bakteri, fungi dan protozoa.  reticulo-rumen juga berfungsi sebagai organ absorbsi dan sekaligus organ ekskresi bagi produk hasil fermentasi. Reticulum juga berperan dalam menyalurkan pakan dari dalam rumen menuju omasum dengan melakukan kontraksi yang memiliki efek mencampur dan mendorong pakan.
Omasum berperan dalam mengontrol homogenitas kandungan air dalam bahan pakan yang telah melalui proses degradasi yang mengalir dari reticulo-rumen.  Peran omasum yang sangat penting adalah regulasi pelepasan digesta dari reticulo-rumen ke abomasum (Constantinescu dan Constantinescu 2010).
Usus kecil yang terdiri dari segmen duodenum, jejunum dan ileum merupakan lokasi utama berlangsungnya proses pencernaan secara enzimatis setelah proses pencernaan fermentatif. Organ ini juga berperan penting dalam penyerapan nutrisi (protein, lemak, vitamin dan mineral)  cepat. Pada ruminansia lain, seperti sapi dan domba kapasitas Usus besar yang terdiri dari caecum, kolon dan rektum merupakan tempat utama terjadinya proses dehidrasi terhadap digesta yang mengalir dari usus kecil.

Sumber

Constantinescu, G.M dan I.A. Constantinescu. 2010. Functional Anatomy of the Goat. In: Solaiman SG editor. Goat Science and Production. Wiley-Blackwell. 425 p.

Kawas, J.R., O.G. Mahgoub and C.D. Lu. 2012. Nutrition of the Meat Goat. In: Mahgoub, O., I.T. Kadim and E.C. Webb. editors. Goat Meat Production and Quality.CABI. p. 161-195.

Lu, C.D., J.R. Kawas andO.G. Mahgoub. 2005. Fibre digestion and utilization in goats. Small Rumin Res. 60:45-52.

Tilman, A.D., H. Hartadi., S. Reksohadiprojo., S. Prawirokusumo, and S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar