Rabu, 13 April 2016

Masa Kritis Perkembangan Embrio Telur Tetas Ayam

Masa Kritis Perkembangan Embrio Telur Tetas Ayam

         Masa kritis merupakan waktu yang sangat penting dalam proses pembentukan dan perkembangan embrio selama telur ditetaskan. Masa kritis perkembangan embrio telur tetas pada proses penetasan telur ayam ada empat, yang pertama terjadi  pada awal penetasan. Menurut Sudjarwo (2012) pada masa kritis pertama, terjadi pada hari ke-1 hingga ke-3 setelah telur  dimasukkan ke dalam mesin tetas, sedangkan menurut Winarto et al. (2008) bahwa masa kritis pertama terjadi pada hari ke-2 dan ke-4, pada saat masa kritis ini terjadi pembentukan organ vital seperti, pembuluh darah, pembuluh syaraf, otak, jantung mulai berdenyut dan lain-lain. Oleh karena itu, proses candling dapat dilakukan setelah masa kritis pertama pada perkembangan embrio ayam terlewati karena apabila pada saat masa kritis tersebut telur terganggu maka akan terjadi kegagalan yang dapat mengakibatkan embrio yang sudah terbentuk mati. Masa kritis ke-2 terjadi pada hari ke-4 proses penetasan. Hal ini dikarenakan pada hari ke-4 penetasan, terjadi proses masukkanya otak ke rongga kepala.
  Masa kritis ke 3 terjadi pada hari ke-13. Masa kritis ke-3 terjadi dikarenakan terjadinya pembentukan corioalantois yaitu proses bersatunya corion dan alantois. Masa kritis ke -4 terjadi pada hari ke-20, hal ini dikarenakan embrio mengalami perubahan yang sangat cepat untuk menjadi anak ayam. Beberapa organ tubuh mulai tumbuh sempurna sehingga cukup peka terhadap perubahan temperatur udara luar. Vitelina mulai masuk ke rongga embrio, umbilitas menutup. Terjadi gerakan memutar menuju rongga udara karena embrio mulai bernafas menggunakan O2. Periode penetasan mengalami masa kritis pada awal masa pengeraman saat terjadi perkembangan sistem peredaran darah, sedangkan pada masa akhir pengeraman saat terjadi perubahan fisioliogis dari sistem pernafasan alantois menjadi gelembung pernafasan (udara), (North, 1990).
Berdasarkan hasil penelitian Sa’diah et al. (2015) menunjukkan bahwa rata-rata kematian embrio telur itik lokal terjadi pada masa akhir penetasan yaitu tiga hari  sebelum menetas dengan rata-rata T1 85,42%, T2 63,96% dan T3 64,07%.Banyaknya embrio yang mati dikarenakan pada tiga hari sebelum menetas merupakan masa-masa kritis bagi embrio. Embrio pada fase ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan serta terjadi perubahan fisiologis. Paimin (2004) menyampaikan bahwa kegagalan dalam penetasan banyak terjadi pada periode kritis yaitu tiga hari pertama sejak telur dieramkan dan tiga hari terakhir menjelang menetas. Periode kritis ini terjadi akibat perubahan fisiologis embrio yang sudah sempurna menjelang penetasan, pada masa akhir inkubasi, terjadi perubahan fisiologis dari sistem pernafasan alantois yang menyebabkan kebutuhan oksigen meningkat begitu pula karbondioksida yang dihasilkan juga meningkat. Terlalu banyak karbondioksida dalam ruang penetasan dapat menyebabkan kematian embrio apabila ventilasinya tidak baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar