Manajemen
Pemberian Pakan Ayam Petelur Fase Produksi dan Afkir
Manajemen pemberian pakan ayam petelur fase
puncak produksi
Manajemen pemberian pakan ayam petelur harus diperhatikan
kandungan PK dan EM sesuai dengan kebutuhan (umur ayam, produksi telur, dan konsumsi
pakan). Kandungan energi pakan yang diberikan tidak terlalu rendah
karena akan berdampak pada peningkatan FCR dan penurunan efisiensi. Harms et
al., (2000) menyatakan bahwa energi pakan saat fase layer terlalu rendah (kurang dari 2600 kkal),
konsumsi pakan lebih banyak. Sebaliknya jika energi pakan terlalu tinggi akan
terjadi penurunan konsumsi. Hal yang perlu diperhatikan yaitu makin sedikit
jumlah pakan yang dikonsumsi, kandungan PK dan EM harus ditingkatkan. Kebutuhan
PK dan EM fase layer pada berbagai tingkatan umur dapat dilihat pada Tabel 1
Memperhatikan pemberian protein pada pakan karena protein
pakan sebagian besar digunakan untuk produksi telur, hanya sebagian kecil untuk
hidup pokok. Suprijatna et
al., (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat produksi maka
kebutuhan protein juga semakin tinggi). Pemberian pakan pada fase puncak produksi
harus memperhatikan umbangan mineral Ca: P karena kalsium dan fosfor merupakan
mineral utama yang diperlukan untuk pembentukan cangkang telur. Apabila
pemberian kalsium tidak sesuai dengan kebutuhan akan menyebabkan cangkang telur
menjadi tipis dan mudah retak. Menurut Hy- Line International (2010) bahwa imbangan
Ca : P sebaiknya sebesar 9 : 1 saat puncak produksi, 11 : 1 saat produksi
sebesar 89 – 93%, selanjutnya 13 : 1 hingga ayam diafkir .
Menerapkan sistem pemberian pakan saat tengah malam (midnight
feeding) dengan tujuan memberikan kesempatan bagi ayam untuk meningkatkan
suplai kalsium dari saluran pencernaan secara langsung untuk pembentukan
cangkang telur. Hal ini mencegah pengambilan kalsium dari tulang yang
meningkatkan risiko pengeroposan tulang saat ayam mulai tafkir. Waktu pemberian
pakan di pagi atau siang hari menyebabkan ayam mengabsorbsi zat-zat pakan
sebagian besar untuk hidup pokok dalam sehari, regenerasi sel, mengatasi
pengaruh lingkungan seperti cuaca sehingga tidak semuanya dimaksimalkan untuk
pembentukan telur. Hasil penelitian Harms et
al., (1996) bahwa Midnight
feeding terbukti dapat
meningkatkan kualitas cangkang telur dari segi ketebalan, kekuatan, persentase
cangkang dari telur yang keluar pada pagi hari, yaitu sekitar jam 09.00.
Manajemen
Pemberian Pakan Ayam Afkir
Guna mengembalikan
produksi atau meningkatkan produksi telur perlu dilakukan upaya perontokan bulu
atau force moulting yaitu usaha untuk
mengistirahatkan ternak ayam produksi dengan tujuan meningkatkan kembali
kemampuan ayam menghasilkan telur setelah mengalami rontok bulu. Berdasarkan
hasil penelitian Sudjatinah et al.
(2004) menunjukkan bahwa penerapan program rontok bulu paksa berpengaruh
terhadap produksi telur yaitu dari 2351, 41 meningkat menjadi 2771,49. Langkah
selanjutnya yaitu dengan memperbaiki kualitas pakan, setelah dilakukan metode
perontokan bulu atau force moulting
untuk meningkatkan produksi. Hy-
Line International (2010) merekomendasikan untuk memberikan pakan dengan
imbangan Ca:P sebesar 13 : 1 hingga ayam diafkir
Sumber
Harms, R.H., C.R. Douglas, dan D.R. Sloan.
1996. Midnight Feeding of Commercial Laying Hens can Improve Eggshell Quality.
Journal of Poultry Applied Science Resources 5:1-5.
Harms, R.H., G.B. Russel, dan D.R. Sloan. 2000.
Performance of four strains pf commercial layers with major changes in dietary
energy. Journal of Applied Poultry Research 9: 535 – 541.
Hy-Line International. 2010. Hy-Line Brown Intensive
Systems Performance Standards. http://www.hyline.com/redbook/performance.
Diakses pada tanggal 28 November 2015.
Sudjatinah, H.T. dan S.S. Maryuni.
2004. Respon Produksi Telur Akibat Penerapan Program Rontok Bulu Paksa
Pada Ayam Petelur Afkir. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 29 (1).
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R.
Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya,
Jakarta.